PESAN-PESAN SURAT AL FATIHAH
Ayat 5
IYYAAKA NA’BUDU WA IYYAAKA NASTA’IN
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan
ARTI BAHASA
1. Arti bahasa:
o Iyyaaka berarti “kepada-Mu” dan
o na ‘budu berarti “kami menyembah”.
o para ahli tafsir, termasuk Ibnu Katsir dan al Razy, mengatakan bahwa iyyaaka na ‘budu mengandung pengertian: “Hanya kepada-Mu kami MENYEMBAH dan kami tidak menyembah selain Engkau.”
2. Arti bahasa:
o Wa berarti “dan”,
o iyyaaka “kepada-Mu” dan
o nasta‘iin “kami memohon pertolongan”.
o Kalimat wa iyyaaka nasta‘in mengandung pengertian: “Dan hanya kepada-Mu kami memohon PERTOLONGAN, dan kami tidak memohon pertolongan kepada selain Engkau”.
ULASAN DAN PESAN
3. Allah menyadarkan kita di bagian awal dari surat al Fatihah, bahwa:
o Allah adalah satu-satunya yang berhak DISEMBAH (dengan menyebut diri-Nya Allah),
o yang MENGATUR alam semesta dengan sistém dan prosedur bakunya (rabbil ‘aalamiin),
o yang memberi KENIKMATAN, baik besar maupun kecil, kepada hamba-hamba-Nya yang beriman maupun tidak beriman, di dunia maupun di akhirat (al rahmaan, al rahiim),
o serta MEMILIKI kekuasaan penuh di Hari Pembalasan nanti (maaliki yaumiddiin),
o Dia menganjurkan kita untuk membuat pernyataan atau DEKLARASI: “Hanya kepada-Mu, Allah, kami menyembah dan hanya kepada-Mu juga kami mohon pertolongan.”
o JADI …..
o Bila ada orang menyembah-nyembah … duniawi ?, … maka tdk oke
o Bila ada orang minta pertolongan ... manusia/jin ?, … maka tdk oke
o Pertanyaannya mengapa masih saja ada orang menyembah dan minta pertolongan kepada selain Allah ?????.
o Kira-kira orang tersebut belum tahu, atau nekad ?
o
4. Menurut al Razy, kata “menyembah” terjemahan dari kata Arab:
o ‘abada (dalam bentuk kata kerja lampau),
o ya ‘budu (dalam bentuk kata kerja kini), atau
o ‘ibaadah (bentuk kata benda)
o berarti: patuh dengan penuh ketundukan.
o Berdasarkan pada deklarasi “Iyyaaka na ‘budu”, maka:
o Maksud: MENYEMBAH = kita patuh dengan penuh ketundukan, tanpa reservasi, kepada Allah semata, dan Tidak Kepada Yang Lain.
5. DEKLARASI ini sejalan dengan pernyataan Allah pada ayat 56 dari surat al Dzariyat: ”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku (tunduk dan patuh kepada-Ku). (Al Dzariyat 51:56)
6. XX Di samping kata ‘ibaadah,:
o Allah juga menggunakan kata islaam dalam al Qur’an untuk menunjukkan arti “patuh dengan penuh ketundukan.”
o Ketika Tuhannya berfirman kepadanya (Ibrahim): “Tunduk patuhlah!” Ibrahim menjawab: “Aku tundük patuh kepada Tuhan semesta alam”. (Al Baqarah 2:13 1)
7. TUNDUK-PATUH MODEL APA kepada Allah
o Kepatuhan dan ketundukan kita kepada Allah haruslah diterapkan dengan cara menaati secara sukarela (ikhlas),
o Patuh dan tunduk thd ketentuan-ketentuan kauniyah maupun ketentuan- ketentuan taklifiyah.
o Ketentuan-ketentuan kauniyah adalah sistem, mekanisme atau prosedur baku yang digunakan Allah dalam menciptakan segala sesuatu, yang disebut sunnatullah.
o
o Sedangkan ketentuan-ketentuan taklifiyah adalah ketentuan-ketentuan, berupa perintah dan larangan, yang Allah kenakan terhadap manusia dan jin, yang dewasa dan berakal.
o
o XXXMelaksanakan perintah dan meninggalkan larangan ini sebenarnya bukan untuk kepentingan Allah, melainkan untuk kepentingan manusia dan jin sendiri karena dengan melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan itu mereka akan bisa hidup dengan tenteram dan seiring dengan sunnatullah yang berlaku atas jiwa dan raga mereka.
8. KETUNDUKAN ALAM SEMESTA atas HUKUM SUNNATULLAH:
Dalam hal ketentuan-ketentuan Allah yang kauniyah (sunnatullah), sebenarnya SEMUA MAHLUK Allah, baik yang di bumi maupun di langit, (kecuali sebagian manusia dan jin), telah tunduk patuh padaNya,
Allah telah gambarkan dengan beberapa ayat di al Qur’an, antara lain sebagai berikut: ”Kemudian Dia menuju (penciptaan) langit, dan langit itu masih merupakan asap (semacam embun/pedut, menurut penjelasan Achmad Baiquni dalam Al Qur‘an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman = big bang), lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah¬Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati.” (Fushshilat 41:11)
9. Dalam Al Rahman 55:7 disebutkan bahwa:
o Ketundukan benda-benda yg ada dipermukaan bumi bisa dilihat pada:
o kepatuhan mereka terhadap sunnatullah yang biasa dikenal dengan hukum gravitasi (daya tarik ke bumi, sehingga semua benda jatuh kebawah bukan keatas)
o Pergerakan udara di atmosfir, seperti angin dan
o pergerakan arus air di lautan luas, juga
o ketundukan kepada ketentuan keseimbangan yang ditentukan Allah:
o “Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia telah meletakkan keseimbangan” (Al Rahman 55:7)
10. Bagaimana dg ketentuan Allah yg taklifiyah, (perintah & larangan):
o Banyak diantara manusia dan jin yang belum atau tidak mau tunduk-patuh kepadanya. (perintah & larangan)
o Pada umumnya adalah orang-orang yang belum mendapatkan informasi tentang ketentutan-ketentuan itu, atau
o Sudah mengetahuinya tapi tidak mau juga tunduk-patuh, mereka terbuai oleh keinginan untuk memuaskan dorongan-dorongan nafsu. (tidak peduli dg perintah & larangan)
o
o Allah mempertanyakan kepada mereka:
apakah mereka akan mencari agama, atau ... (ada agama lain)
ketentuan-ketentuan selain agama, atau ... (keyakinan lain)
ketentuan-ketentuan Allah, atau ... (ragu thd ketentuan Allah)
padahal semua, apa saja, yang ada di langit dan di bumi, telah tunduk¬-patuh kepada-Nya.
o ”Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri (tunduk-patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan. (Al Imran 3:83)
11. PERTANYAANYA: mengapa hati mereka keras .... ???
Masih saja mencari-cari model-model keyakinan lain .....?
o Mereka tidak menyadari bahwa melaksanakan ketentutan2 yg berupa perintah dan larangan, akan menguntungkan mereka sendiri,
o Ketentuan2 itu sesuai dengan sunnatullah atau mekanisme dan sistem yang berlaku atas jiwa dan raga mereka sendiri.
o Keuntungan itu bisa mereka rasakan dalam bentuk ketenteraman hati atau bahkan kesejahteraan dalam hidup.
o ”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan mañusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus: tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Al Rum 30:30)
12. Allah lebih dalam menunjukkan bahwa:
o menghadapkan arah hidup kita kepada agama secara lurus adalah sesuai dengan fitrah atau prinsip dasar mekanisme manusia itu sendiri.
o beriman kepada Allah, sadar akan keberadaan-Nya bersama kita,
o dg selalu mengingat dan mengenal Allah akan memberikan ketenangan hati,
o sebagaimana Allah sebutkan di ayat berikut: ”(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah¬lah hati menjadi tenteram.” (Al Ra’d (13:28)
MENGAPA ALLAH WANTI-WANTI
13. Wanti-wanti Allah dapat dipetik dari pemahaman bahwa:
o Pernyataan “Hanya kepada-Mu kami menyembah” juga mengandung pengertian “Dan kami tidak menyembah selain Engkau.”
o Orang-orang musyrik Makkah pada zaman Rasulullah sebenarnya juga mengakui bahwa:
mereka menyembah Allah, dan
yakin pula bhw Allahlah yang menciptakan bumi dan langit, serta
yakin juga bhw Allah yg mengatur peredaran matahari & bulan.
Seperti dikisahkan dalam Al Ankabut 29:61, bahwa:
o ”Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah.” Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar)”. (Al ‘Ankabut 29:61)
o
o AKAN TETAPI, disamping menyembah Allah mereka juga menyembah yang lain, yaitu berhala-berhala, dengan alasan bahwa berhala-berhala itu hanyalah perantara yang akan mengantarkan mereka lebih dekat kepada Allah.
o Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata):
o “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (Al Zumar 39:3)
14. SAMPAI PADA ZAMAN SEKARANGPUN masih banyak orang musrik:
o dalam arti tunduk-patuh kepada selain Allah, dan itu berarti mereka telah musyrik.
o Mereka pada umumnya tidak menyembah berhala, tapi mereka menyembah (tunduk-patuh kepada) hawa nafsunya sendiri.
o Seseorang yang tindak-tanduknya semata hanya untuk memuaskan hawa nafsunya, maka dia sebenarnya telah menjadikan Hawa Nafsu itu sebagai tuhan mereka, sebagaimana disinggung oleh Allah:
o ”Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yg lebih sesat dr-pd orang yg mengikuti hawa nafsunya dengan tdk mendapat petunjuk dr Allah sedikit pun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim.” (Al Qashash 28:50)
KEPATUHAN KEPADA SELAIÑ ALLAH
15. Apakah kita tidak boleh patuh kepada SELAIN Allah?, misalnya: kepada orang-tua, guru, pemerintah dan sebagainya?
16. Memang Allah sendiri menganjurkan kita patuh kepada pemerintah, seperti firman-Nya: ”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri (pemerintah) di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al Qur’an) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Al Nisa’ 4:59)
17. Dan Allah juga memerintahkan kita untuk berbakti kepada orang-tua. ”Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya”. (Al Ahqaf 46:15)
18. Tingkat kepatuhan kpd Allah berbeda dg SELAIN ALLAH:
o Namun, berbeda dengan kepatuhan kita kepada Allah yang tanpa reservasi,
o kepatuhan kita kepada SELAIN ALLAH (misalnya, kepada orang¬tua, guru, raja, presiden, dsb.) dibatasi dengan ketentuan-ketentuan yang digariskan oleh Allah.
o Kita hanya akan patuh kepada orang-tua, guru, raja, presiden dan sebagainya sepanjang perintah mereka tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan Allah.
o Bila perintah mereka bertentangan dg ketentuan-ketentuan Allah, maka kita tidak boleh mentaati perintah itu.
o Pada al Nisa’ 4:59, MISALNYA: diterangkan bahwa jika kita berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kita mengembalikan masalah itu kepada Allah (al Qur’an) dan Rasul (sunahnya), jika kita benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian.
19. Begitu pula dalam berbakti kepada ORANG-TUA,:
o bila perintah mereka bertentangan dengan tuntunan Allah,
o misalnya mereka menganjurkan kita melakukan sesuatu yang bisa menyebabkan kita menjadi musyrik,
o maka perintah itu tidak boleh ditaati, meskipun perintah itu datang dari orang¬tua kita sendiri.
o ”Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku, sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada¬Kulah kembalimu, maka Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (Luqman 31:15)
20. Demikian pula ketaatan kita kepada HAWA NAFSU.:
o Dorongan hawa nafsu itu penting agar kita bisa mempertahankan kehidupan,
o Nafsu juga merupakan suatu modal awal untuk melaksanakan perintah-¬perintah Allah. (sedih, nlangso, getir, senang sbg penggugah)
o Tapi hawa nafsu itu mesti kita kendalikan
o Kita hanya menuruti ajakan nafsu yang masih sejalan dengan tuntunan Allah.
o Perintah dari hawa nafsu yang bertentangan dengan tuntunan Allah harus kita tolak.
IKHLASH
21. Diatas disebutkan bahwa:
o pernyataan “Hanya kepada-Mu kami menyembah” juga mengandung pengertian “Dan kami tidak menyembah SELAIN Engkau.”
o Ini berarti bahwa ibadah kita haruslah murni (ikhlash) ditujukkan hanya kepada Allah Ta ‘ala.
o Bahkan tindakan apapun yang kita lakukan di dunia ini juga harus ditujukan hanya kepada Allah.
o Tidak boleh ada pihak lain yang menjadi tujuan akhir dari ibadah kita atau dari tindakan¬-tindakan kita.
o Mengkhususkan tujuan ibadah dan kegiatan-kegiatan lain hanya kepada Allah semacam inilah yang disebut IKHLASH (yang secara bahasa berarti “memurnikan”).
o ”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (A1 Bayyinah 98:5)
22. Hanya IBADAH MURNI yg ditujukan kpd Allah yg DITERIMA.
o Ibadah tidak akan diterima bila ada tujuan selain Allah.
o Hal yang sering mendorong seseorang melakukan ibadah dengan tujuan selain Allah adalah:
keinginan untuk dipuji orang lain, atau
keinginan untuk diterima oleh kelompok tertentu.
o Bagaimana Allah akan menerima ibadah, yg Tidak Ditujukan kepada-Nya?
o Bagaimana pula Allah akan menerima ibadah yang dilakukan dengan tujuan MENDUA, ..... kepada Allah dan juga kepada yang lain?
o ”Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang¬orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya (pamer), dan enggan menolong dengan barang berguna.” (Al Ma’un 107:4-7)
23. SHALAT TIDAK AKAN MEÑOLONG ORANG YANG PAMER:
o Karena pamer menunjukkan bahwa dia melakukannya bukan karena Allah tapi karena manusia.
o lalai dan pamer dalam shalat termasuk tanda-tanda kemunafikan,
o Secara lahir kelihatan dia sedang shalat seperti yang diperintah oleh Allah, tapi secara batin dia berbuat untuk orang lain.
o lebih jelas ditunjukkan pada ayat berikut: ”Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (Al Nisa’ 4:142)
24. ORANG MUNAFIK pada hakikatnya MENIPU ALLAH:
Dengan melakukan shalat seolah-olah menuruti perintah-Nya, tapi kenyataannya dia berbuat itu untuk mendapatkan pujian dari orang lain.
Tapi dia tidak menyadari bahwa Allah akan membalas tipuannya dengan tidak menerima shalatnya dan menimpakan akibat buruk dari tujuan yang salah itu.
Akibat buruk yang mungkin terjadi, antara lain, adalah kekecewaan.
Dia kecewa bila orang lain tidak memenuhi harapannya yaitu: memujinya.
Kekecewaan itu akan lebih kentara ketika pemberian sebagian hartanya kepada orang lain, tidak mendatangkan pujian atau ungkapan rasa terima kasih dari si penerima.
Itulah sebabnya, seorang munafik berkecenderungan akan menyebut-nyebut pemberiannya.
Tentu pemberian semacam ini sama sekali tidak akan menghasilkan balasan dari Allah.
Oleh karena itu, Allah melarang kita menyebut-nyebut atau menyakiti hati orang yang telah kita beri sesuatu.
”Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak mendapatkan sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (Al Baqarah 2:264)
25. Akibat buruk munafik al: RASA KERAGU-RAGUAN.
Dia ragu-ragu dalam menentukan pilihan:
o apakah beriman kepada Allah atau mengingkari-Nya,
o apakah mematuhi-Nya atau membangkang-Nya.
o rasa ragu-ragu akan membuatnya tidak percaya diri.
Orang lain pun akan menyangsikan atas sikapnya
Bila keadaan ini serius, dia akan merasa terkucil dan kesepian.
”Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir). Barang siapa yang disesatkan Allah, maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya”. (Al Nisa’ 4:143)
26. Bila tindakan ibadah dilakukan secara murni (ikhlash) dg tujuan hanya utk Allah, maka:
tindakan itu harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh Allah.
Tindakan itu harus didasari atas:
o tujuan yang benar,
o berasal dari sumber yang benar,
o menggunakan sarana yang benar,
o dengan cara yang benar, dan
o tidak boleh tercampur dengan hal-hal yang tidak benar.
Misalnya zakat,:
o harta yg dibayarkan untuk zakat hrs diperoleh dg cara yang benar,
o bahan yg diberikan berupa barang2 yg zatnya halal
o zakat itu diberikan kpd orang2 yang benar2 berhak, dan
o niatnya harus benar (karena dan untuk Allah).
27. MOHON PERTOLONGAN Allah
Setelah menyatakan deklarasi “Hanya kepada-Mu, Allah, kami MENYEMBAH”,
Kita juga dianjurkan untuk menyatakan deklarasi “Dan hanya kepada-Mu juga kami mohon PERTOLONGAN.”
Deklarasi “Dan hanya kepada-Mu juga kami mohon pertolongan” ini penting sekali karena:
o meskipun sdh menerima kenikmatan berupa kehidupan, kita masih sangat membutuhkan pertolongan Allah.
o Karena Dahulu, kita berasal dari tidak ada kemudian Allah menciptakan kita dalam bentuk air mani,
o lalu mengubahnya menjadi segumpal darah, segumpal daging dan seterusnya.
o ”Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik”. (Al Mu’minun 23:12-14)
28. MANUSIA TIDAK DAPAT LEPAS DARI PERTOLONGAN ALLAH:
o pada saat belum ada, kita sangat membutuhkan pertolongan Allah agar kita bisa menjadi ada.
o setelah kita ada pada tahap awal, kita masih belum bernyawa, artinya kita masih mati, dan kita masih sangat membutuhkan pertolongan Allah lagi, agar kita dihidupkan.
o Lalu Allah memberi kita kehidupan.
o Seandainya Allah tidak memberi kehidupan, tiada satupun selain Allah yang bisa memberi kehidupan kepada kita.
o “Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau Kami kah yang menciptakannya?” (Al Waqi’ah 56:58-59)
o
29. Setelah dilahirkan, kita masih butuh pertolongan Allah:
o kita masih belum bisa mendengar, melihat dan berfikir,
o sehingga kita masih sangat membutuhkan pertolongan Allah,
o agar kita bisa mendengar, melihat, berfikir dan sebagainya.
o “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (Al Nahl 16:78)
30. PROSES PERTOLONGAN ALLAH SEPANJANG MASSA:
Pd saat kita belum wujud, kita membutuhkan pertolongan dari Allah.
Pada saat kita hidup di alam dunia pun, kita juga masih sangat membutuhkan pertolongan dari Allah,
Pertolongan berupa pengadaan dan perawatan sarana jiwa dan raga kita, seperti penglihatan, pendengaran, perasaan, pikiran, semangat dan sebagainya.
Kita juga membutuhkan pertolongan dari-Nya berupa sarana kehidupan, seperti tempat tinggal, makanan, pakaian dan kendaraan, yang jelas tidak seorangpun manusia di bumi ini yang bisa menciptakan bahan baku untuk semua itu.
Tidak berhenti di situ, sampai di masa depan, ketika kita mati dan dihidupkan kembali, kita juga sangat membutuhkan pertolongan dari Allah,
Allah adalah satu-satunya yang memiliki dan merajai alam saat itu.
Ini semua memberi gambaran bahwa kita, mulai dari sebelum wujud sampai dengan kita wujud , dari hidup hingga mati, dan hidup kembali sangat tergantung pada pertolongan Allah,
sehingga selayaknya kita menyatakan deklarasi: “Dan hanya kepada-Mu juga kami mohon pertolongan”
31. PERNYATAAN “Dan hanya kepada-Mu juga kami mohon pertolongan” secara implisit/tersirat juga mengandung pengertian bahwa “KAMI TIDAK memohon pertolongan kepada SELAIN ENGKAU.”
32. Dalam penjelasan mengenai Allah sebagai Tuhan semesta alam, kita memperoleh pelajaran bahwa:
segala kejadian di alam raya ini semuanya melalui mekanisme atau prosedur baku.
Tiada lain yang menciptakan prosedur baku itu ialah Allah.
Itulah sebabnya prosedur baku itu disebut sunnatul!ah, yang berarti cara yang digunakan oleh Allah untuk melakukan segala sesuatu.
Karena yang menciptakan prosedur baku itu hanya Allah Yang Maha Satu, dan
siapapun tidak ada yang mampu menciptakan prosedur tandingan, maka prosedur itu seragam dan berlaku di mana pun jua di alam raya ini serta tidak pernah ada gantinya.
Prosedur baku itu juga disebut qadar, karena Allah menggunakan prosedur itu dalam rangka menerapkan kekuasaan-Nya.
33. Oleh karena itu, bila kita minta pertolongan kepada Allah dalam rangka mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan, maka:
Kita harus berusaha semaksimal mungkin menggunakan prosedur baku itu.
Bila kita sedang sakit karena serangan kuman dan ingin sembuh, misalnya, kita harus berusaha untuk menggunakan prosedur baku, yaitu mematikan kuman itu dengan menggunakan obat atau apa saja yang bisa mematikan kuman tersebut.
Bila kita tidak tahu bahan apa yang bisa membunuh kuman itu, kita bisa berkonsultasi dengan orang lain yang mengetahuinya, misalnya, seorang dokter.
Kita tidak boleh mencari pengobatan yang tidak menggunakan prosedur baku.
Kalau ini dilakukan, misalnya dengan minta pertolongan kepada dukun yang dibantu oleh jin, maka ini berarti bahwa kita sedang mencari prosedur selain prosedurnya Allah.
Dengan kata lain, kita sedang mencari qadar selain qadar Allah.
Itulah sebabnya, seorang yang datang ke dukun semacam itu untuk meminta pertolongan dengan menggunakan prosedur selain prosedurnya Allah, dia sudah menjadi musyrik.
34. Berikut adalah contoh PETANI:
Bila seseorang petani ingin memproduksi beras yang bagus dengan produktifitas tinggi, dia harus mencari biji padi atau benih yang bagus,
lalu menanamnya di tanah dengan keasaman yang sesuai dan menyiraminya dengan air yang cukup.
Bila ada hama yang mengancam, dia mesti menangkisnya dengan pestisida yang cocok.
Selagi tanaman padi itu tumbuh dan tumbuh, dia masih harus mengamati terus-menerus dan mengambil tindakan seperlunya sesuai dengan keadaan dan kejadian yang muncul.
Semua tindakan yang dilakukan oleh petani tersebut adalah tindakan-tindakan yang dituntut sesuai dengan prosedur baku yang digunakan oleh Allah untuk penumbuhan padi.
35. Dan dua contoh SUNNATULLAH di atas, kita bisa melihat bahwa:
dalam rangka mencapai suatu tujuan (kesembuhan atau produksi beras) kita harus menggunakan sunnatulah atau prosedur baku yang diciptakan oleh Allah.
Kita tidak bisa menggunakan prosedur selain sunnatullah.
Itulah sebabnya, kita sangat tergantung pada Allah, dan
oleh karena itu pula kita harus minta pertolongan dari Allah,
Bukan Dari Yang Lain.
36. Proses-proses berikutnya juga tetap ada campur tangan Allah:
kalaupun kita sudah minum obat untuk membunuh kuman, siapakah yang bisa memproses obat itu di dalam tubuh kita ?, dan
siapa yang bisa mengantarkan ekstrak obat itu ke seluruh tubuh kalau tidak menggunakan jaringan tubuh yang diciptakan dan dioperasikan oleh Allah?
Bukankah itu menunjukkan bahwa kita tergantung sepenuhnya pada pertolongan Allah bila kita ingin sembuh dari penyakit?
Dalam hal memproduksi beras, siapakah yang bisa menciptakan biji gabah?
Siapa yang bisa menciptakan tanah atau media apapun untuk menanam padi itu?
Siapa yang bisa menciptakan air untuk menyiram tanaman padi?
Siapa yang bisa membelah biji padi lalu mengeluarkan tunas dan menumbuhkan tanaman padi hingga berbuah dan mengeluarkan ribuan biji padi baru?,
Dan siapa yang bisa memberi kecerdasan kepada petani sehingga dia bisa mempelajari cara yang baik untuk menanam padi?
Dan siapa yang bisa memberi tenaga kepada petani itu agar dia bisa bekerja untuk menanam padi? (pedialyte)
Jawaban dan pertanyaan ini semua menunjukkan bahwa kita sangat dan sangat tergantung pada pertolongan Allah.
Tidak layak kita minta pertolongan kepada yang lain karena yang lain tidak memiliki prosedur baku dan tidak mempunyai kekuasaan apapun tanpa pertolongan dari Allah.
37. PELAJARAN DARI SUNNATULLAH contoh di atas, al:
ketika kita mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan, ada beberapa pekerjaan:
o seperti membuat/membeli obat dan mengkonsumsinya.
o menanam biji padi dan meng-aininya.
o Tapi di samping itu lebih banyak lagi pekerjaan-pekerjaan yang kita sama sekali tidak bisa melakukannya.
o Seperti memproses obat di dalam jaringan tubuh kita,
o menciptakan tanah dan air, serta menumbuhkan tumbuh-tumbuhan mulai dari biji sampai berbuah.
Jadi, ketika kita minta tolong kepada Allah, menurut Rasyid Ridla, kita harus:
o melakukan apa saja yang bisa kita kendalikan dan yang dituntut sesuai dengan sunnatullah,
o lalu kita berdoa, minta tolong agar Allah mengendalikan hal-hal lain yang di luar jangkauan kita,
o sehingga tujuan kita berhasil,
o lalu kita pasrah kepada-Nya, apapun hasilnya kita akan menerimanya.
Ini berarti bahwa:
o dalam melaksanakan deklarasi “Dan hanya kepada-Mu juga kami mohon pertolongan”, kita berusaha (berikhtiyar),
o lalu memohon pertolongan (berdoa) kepada Allah, dan
o pasrah kepada-Nya (tawakkal).
38. LALU TIMBUL PERTANYAAN bahwa:
bukankah manusia, sebagai makhluk sosial, saling membutuhkan pertologan dalam mempertahankan hidup ini?.
Lebih-lebih pada masa modern sekarang ini, di mana kebutuhan hidup kita makin komplek dan tak seorang pun bisa menciptakan sendiri seluruh sarana dan barang yang ia butuhkan?
Dan bukankah Allah juga menganjurkan agar kita saling tolong-menolong dalam kebaikan?
”Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa¬Nya.” (Al Maidah 5:2)
39. Menrut Rasyid Ridla:,
tolong-menolong antar manusia dilakukan untuk masalah-masalah teknis,
yaitu untuk apa saja yang bisa dikendalikan oleh manusia dan sesuai dengan sunnatullah.
Hal-hal selain itu, yang di luar jangkauan manusia, kita serahkan kepada Allah, sambil
berdoa agar Allah berkehendak sesuai dengan yang kita inginkan, atau
bahkan menciptakan hasil yang lebih baik dan yang kita inginkan.
Mohon Maaf Apabila Ada Kesalahan Dalam Penulisan. Semoga artikel tentang IYYAAKA NA’BUDU WA IYYAAKA NASTA’IN di atas dapat bermanfaat. Jika ingin menduplikasi artikel ini diharapkan mencantumkan link http://ratsoffice.blogspot.com/2012/12/iyyaaka-nabudu-wa-iyyaaka-nastain.html. Terima Kasih.
Rats Office
Published:
2012-12-07T03:12:00-08:00
Title:IYYAAKA NA’BUDU WA IYYAAKA NASTA’IN
Author :
HOME