MACAM-MACAM KENIKMATAN
1. Dan kenikmatan-kenikmatan yang Allah anugerahkan kepada kita, kita bisa menggolongkannya ke dalam dua kelompok:
a) Sarana dan prasarana, yaitu segala sesuatu yang menjadi inti dan penunjang kehidupan kita. Sebagian dari sarana dan prasarana tersebut ada di dalam diri kita (inherent) dan sebagian lainnya ada di lüar din kita.
b) Sarana dan prasarana yang ada pada diri kita adalah JASAD dan RUH, yang secara bersama-sama membentuk kehidupan.
c) Kehidupan bisa terjadi hanya kalau ada pertemuan antara jasad dan ruh.
d) Kita tidak menyebut seseorang dalam keadaan hidup bila ruh tidak ada pada jasadnya.
e) Ketika embrio berada di kandungan seorang ibu, misalnya, ia belum merupakan manusia hidup karena ia belum mengandung ruh.
f) Kita juga mengatakan bahwa seseorang telah mati bila ruh telah meninggalkan jasadnya.
g) Itulah sebabnya, Allah menyebutkan bahwa keberadaan manusia dimulai dengan kematian lalu diikuti dengan kehidupan, lalu diikuti dengan kematian lagi dan kemudian diikuti lagi dengan kehidupan (di akhirat).
h) “Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan¬Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan? “ (Al Baqarah 2:28)
2. Untuk menunjang kehidupan yang baik, Allah melengkapi jasad kita dengan berbagai sarana, antara lain:
o pendengaran, penglihatan, sistem pernafasan, sistem peredaran darah, sistem pencernaan, jaringan syaraf, dan sebagainya.
o Ruh pun dilengkapi dengan berbagai sarana, termasuk akal, naluri dan nafsu.
o Akal, yang dalam bahasa Arab disebut al qaib atau al fuad, terdiri dari akal pikiran (rational thinking) dan akal perasaan (emotional thinking),
o naluri adalah kecenderungan atau pola tingkah laku yang dibawa sejak lahir dan bersifat turun temurun.
o Nafsu, dalam bahasa Arab disebut al hawa atau al syahawat, ialah dorongan untuk melakukan sesuatu.
3. Katakanlah: “Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati (akal). (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.” (Al Mulk 67:23)
4. Semua sarana dan prasarana kehidupan dari Allah secara cuma-cuma:
o tanpa usaha apapun yang perlu kita lakukan.
o Meskipun demikian, kehidupan adalah kenikmatan yang paling mendasar karena dialah syarat atau modal utama bagi kita untuk memperoleh kenikmatan¬-kenikmatan lainnya.
o Tidak mungkin kita bisa merasakan kenikmatan apapun di dunia ini kalau kita tidak hidup.
o Maka berlanjutnya kehidupan berarti makin banyaknya kenikmatan yang akan kita terima dan berakhirnya kehidupan bisa berarti berakhirnya segala kenikmatan duniawi.
o ltulah sebabnya, orang normal tidak ingin mengakhiri kehidupannya.
5. PROSES BEROPERASINYA SARANA PRASARANA SECARA SUNNATULLAH:
o Sarana dan prasarana yang ada di luar diri kita ialah seluruh alam raya, yang terdiri dari langit, bumi dan seisinya, beserta sistem dan prosedur kejadiannya (sunnatullah).
o Termasuk dalam kelompok ini adalah sinar matahari, oksigen, suhu, kesejukan di malam hari, sistem gravitasi, sistem keseimbangan, air, mineral dan bahan-bahan kimia lainnya, biji-bijiàn, buah-¬buahan, hewan ternak, dan sebagainya.
o Semua bahan-bahan ini kita butuhkan untuk mempertahankan kehidupan, untuk membuat kehidupan menjadi lebih mudah, lebih enak atau lebih indah.
6. ANALISA NIKMAT-NIKMAT ALLAH:
o Banyak di antara sarana dan prasarana ini, terutama yang paling mendasar untuk kebutuhan hidup, seperti bumi tempat berpijak, oksigen dan sinar matahari, bisa kita peroleh secara cuma-cuma tanpa usaha apapun.
o Tapi sebagian yang lain baru bisa diperoleh setelah kita melakukan sedikit usaha.
o Usaha di sini dikatakan sedikit karena usaha yang kita lakukan sebenarnya mempunyai andil yang sangat kecil dibanding dengan usaha yang dilakukan oleh Allah untuk menghasilkan barang-barang yang kita butuhkan itu.
o Untuk memperoleh air minum, misalnya, kita cukup menggali atau mengebor sumur.
o Bila air yang diperoleh kurang jemih; kita perlu melakukan pekerjaan tambahan lagi, yaitu menyaringnya atau memurnikannya.
o Tapi andil yang lebih besar dilakukan oleh Allah.
o Dia yang mengangkat/menguapkan air dari lautan, menggiringnya dengan angin ke tempat kita, menurunkannya dalam bentuk hujan dan mengalirkinnya melalui sungai-sungai atau pori-pori/lubang di dalam tanah.
o Untuk menguapkan air dan menggiringnya dengan angin, Allah menggünakan berbagai fasilitas, termasuk matahari, udara dan ruang.
o Untuk menurunkan hujan dan mengalirkan air ke tempat kita tinggal, Allah menggunakan sistem gravitasi.
o Ini jelas bahwa andil kita terlalu sedikit untuk pengadaan air bila dibandiñg dengan andil Allah. Mahà Besar Allah.
7. CONTOH LAIN:
o Ketika kita ingin memperoleh susu sapi, kita perlu menternak sapi betina yang bagus, memberinya makanan, minuman, obat (ketika diperlukän) dan sebagainya.
o Sedangkan pekerjaan lainnya, seperti menumbuhkan sapi dari kecil hingga besar, serta mengolah makanan dan minümannya hingga menjadi susu di samping tulang dan dagingnya, dilakukan secara terus-menerus, siang dan malam, oleh Allah.
o Bahkan makanan dan minuman sapi itu pun diciptakan oleh Allah.
o Allah pula yang menundukkan sapi itu hingga ia menurut saja ketika kita memerahnya atau bahkan menyembelihnya.
o Tak ada seorañg manusia pun yang bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan semacam mi.
8. ”Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang ternak untuk mereka yaitu sebahagian dan apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya? Dan Kami tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka, maka sebagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebagiannya mereka makan. Dan mereka memperoleh padanya manfaat-manfaat dan minuman. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur? ” (Yasin 36:71-73)
9. CONTOH LAIN:
o Ketika kita ingin memperoleh beras, kita cukup mengolah tanah, menanam biji padi, mengarahkan aliran air dan menjauhkan tanaman dari hama dan penyakit.
o Lalu Allahlah yang melakukan pekerjaan-pekerjaan lainnya, termasuk pembuatan air, penyediaan energi sinar matahari, penciptaan suhu yang sesuai dan penumbuhan biji menjadi pohon hingga berbuah.
o Semua pekerjaan ini dilakukan oleh Allah secara non-stop, meskipun kita, sebagai penanam, sedang tidur atau bersantai-santai.
o ”Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam? Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkannya? Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia kering dan hancur; maka jadilah kamu heran tercengang. (Sambil berkata): “Sesungguhnya kami benar-benar menderita kerugian, bahkan kami menjadi orang yang tidak mendapat hasil apa-apa.” (Al Waqi’ah 56:63-67)
10. Hasil dan pemanfaatan sarana dan prasarana kehidupan.
o Ini termasuk kenikmatan pula karena pemanfaatan sarana dan prasarana kehidupan itu memberikan kelezatan, kesenangan, kepuasan, rasa aman.
o Rasa nyaman, rasa tenteram, dan sebagainya.
o Kenikmatan itu akan muncul ketika kita memperoleh apapun dari sarana dan prasarana yang sedang kita butuhkan atau kita inginkan.
o Jadi kenikmatan akan terjadi pada titik temu antara keinginan/kebutuhan dan yang kita inginkan/butuhkan.
o
11. PERLUNYA PENGETAHUAN TENTANG KENIKMATAN:
o Pengetahuan tentang kenikmatan jenis ini sangat penting karena kenikmatan inilah — sebenarnya penilaian terhadapnya — akan menentukan perilaku kita sehari-hari.
o Padahal, perilaku sehari-hari ltu akan menentukan nasib kita, apakah kita akan bahagia di dunia atau tidak, dan apakah kita nantinya akan masuk surga atau neraka.
o Bagaimana pemanfaatan sarana dan prasarana tersebut bisa menimbulkan kenikmatan?
o Jawabannya bisa kita peroleh dari teori-teori mengenai keinginan atau dorongan. Banyak ahli jiwa berteori yang berbeda¬beda tentang hal ini.
12. Robert S. Feldman bercerita dalam Understanding Psychology, di antara para ahli jiwa ada yang berteori bahwa:
o kita akan terdorong untuk melakukan atau memperoleh sesuatu bila di dalam badan kita ada ketidak seimbangan biologis.
o Bila cairan dalam tubuh kita tidak lagi memenuhi keseimbangan terhadap benda padat, misalnya, kita akan terdorong untuk minum.
o Teori ini dianggap terlalu sederhana karena tidak bisa menjawab pertanyaan mengenai dorongan untuk melakukan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan kebutuhan dasar.
13. Ada yang berteori bahwa:
o masing-masing di antara kita akan selalu berusaha untuk mempertahankan atau membangkitkan perasaan tertentu.
o Ada lain lagi yang berpendapat bahwa kita akan terdorong melakukan suatu tindakan bila kita dirangsang oleh suatu faktor dan luar diri kita.
o Kelompok ahli jiwa lainnya lagi berteori lebih maju, yaitu bahwa dorongan untuk melakukan sesuatu ditentukan oleh pemikiran, pemahaman dan harapan kita tentang lingkungan.
o Masing-masing teori tersebut tentu tidak ada yang sempurna, tapi saling melengkapi.
14. Ada juga yang mencoba menganalisa bukan dari dorongannya tapi dari apa yang dituju oleh dorongan itu:
o Mereka menganalisa, sebenarnya kebutuhan apa saja yang membuat kita terdorong untuk melakukan suatu tindakan.
o Di antara ahli jiwa yang terkenal dari kelompok ini ialah Abraham Maslow, yang menyatakan bahwa kebutuhan kita sangat beragam dan berjenjang.
o Macam-macam kebutuhan itu ialah:
1. Kebutuhan fisik dasar (biologis),
2. Kebutuhan akan keselamatan,
3. Kebutuhan untuk dicintai dan diakui sebagai anggota kelompok tertentu,
4. Kebutuhan harga diri,
5. Kebutuhan untuk memahami,
6. Kebutuhan akan keindahan,
7. Kebutuhan untuk mengaktualisasi diri, dan
8. Kebutuhan bertuhan.
15. Bila kita pelajari seluruh teori MOTIVASI HIDUP bahwa:
o para ahli jiwa tersebut, semuanya, kecuali kebutuhan nomor 8 dari teori Maslow (kebutuhan bertuhan), orientasinya adalah materi.
o Materi dasar yang kita butuhkan adalah jelas, yaitu berupa makanan, minuman dan oksigen.
o Tapi apa materi yang dibutuhkan dan kebutuhan untuk dicintai dan kebutuhan harga diri?
o Materinya ialah orang lain yang mau mencintai kita dan orang lain yang mau menghargai diri kita.
16. KENIKMATAN MATERI:
o Dan memang, segala materi yang kita butuhkan itu memberi kenikmatan, terutama kenikmatan yang membangkitkan perasaan, semacam senang, riang, puas, rasa gairah dan sebagainya.
o Kenikmatan ini pun bisa kita rasakan segera setelah kita melakukan atau memperoleh apa yang kita inginkan.
o Itulah sebabnya, mencoba memenuhi kebutuhan-kebutuhan materi sangat menarik dan karena itu, kita pada umumnya setiap hari memburu materi.
o Tapi banyak di antara kita yang lupa bahwa kesenangan yang diperoleh dari materi hanya berlangsung sementara, dalam waktu singkat saja.
17. KENIKMATAN UKHROWI:
o Hal ini berbeda dengan kebutuhan bertuhan, dalam arti kebutuhan untuk selalu merasa dekat dengan Tuhan.
o Pemuasan terhadap kebutuhan ini dianggap kurang menarik karena hasilnya kurang membangkitkan rasa riang dan memerlukan waktu yang lebih lama.
o Lalu apa hasil dari usaha-¬usaha mendekatkan diri dengan Tuhan?
o Hasilnya adalah ketenangan, ketenteraman atau rasa aman.
o Untuk memperoleh ketenangan, ketenteraman dan rasa aman kita memerlukan perilaku yang tetap dan teratur (ajek/stiqamah/konsisten) setiap hari. Jadi memang membutuhkan waktu yang lama.
o Tapi begitu kita memperoleh ketenangan, keadaan itu akan berlangsung lama sepanjang kita masih istiqamah.
18. ”Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-¬orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). ” (Al Fath 48:4)
19. Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kelaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan (rasa aman) dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Al An’am 6:82)
20. PEMENUHAN KEBUTUHAN JASAD DAN RUH HARUS PROPORSIONAL:
o Tentu kebutuhan materi perlu kita penuhi karena diri kita terdiri dari dua komponen, yaitu jasad dan ruh.
o Karena jasad bersifat materi, maka kebutuhannya juga materi dan kebutuhan itu harus dipenuhi.
o Tapi bila kita memanjakan jasad, dalam arti memenuhi kebutuhannya secara berlebihan, kita akan lengah dari usaha memenuhi kebutuhan ruh, yaitu kebutuhan untuk selalu dekat dengan Tuhan.
o Makin kita tenggelam dalam usaha memuaskan kebutuhan materi, kita akan makin lengah dan usaha memenuhi kebutuhan ruh.
o Padahal kenikmatan ruhani lebih mulia dan lebih tinggi nilainya dibanding dengan kenikmatan materi.
o Allah pun mempertanyakan mengapa kebanyakan dari kita terlengah atau terpedaya dari usaha mendekatkan diri dengan Tuhan yang telah mencurahkan kenikamatan begitu melimpah kepada kita.
21. ”Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah, yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh) mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu? ” (Al Infithar 82:6-8)
22. Dengan demikian, celakalah orang yang terlalu sibuk mencari harta sebanyak-banyaknya:
o demi mengejar kenikmatan yang lebih rendah, tapi pada saat yang sama ia lupa atau tidak sempat mencari kenikmatan yang lebih tinggi.
o Padahal tuntutan kejiwaan akan kenikmatan duniawi selalu meningkat sedangkan kepekaan kita terhadap rasa nikmat itu selalu menurun.
o Misalnya:
ketika ekonomi seseorang berada pada tingkat sedang-¬sedang saja, dia bisa menikmati sepeda motor yang ia gunakan untuk transportasi ke tempat kerja sehari-hari.
Ketika gajinya naik, dia bisa membeli sebuah mobil kecil dan dia merasakan betapa nikmatnya mengendarai mobil.
Tapi rasa nikmat dari mengendarai mobil ini lambat laun makin berkurang setelah hal ini menjadi kebiasaan karena dia secara tidak sadar telah menganggap bahwa mobil adalah standar hidupnya sekarang.
Lebih-lebih ketika penghasilannya naik lagi dan dia merasa sudah mampu membeli mobil yang lebih besar.
Contoh ini memberi gambaran bahwa tidak akan ada habisnya bila seseorang ingin mengejar kenikmatan duniawi sampai dia mendatangi kuburan — dalam arti meninggal dunia. ”Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur”. (Al Takatsur 102:1-2)
23. KITA HARUS BERSUKUR, mengapa?:
o Oleh kanena itu, menyadari bahwa Allah telah melimpah-ruahkan kenikmatan, dengan memperuntukkan penciptaan alam raya seisinya bagi kepentingan kita, maka selayaknya kita bersyukur kepada-Nya.
o Untuk menyatakan rasa syukur, kita biasanya memuji Allah dengan ucapan: “Alhamdu lillah.” Tapi ucapan saja belumlah cukup.
o Para ulama memberi tuntunan bahwa ungkapan rasa syukur yang lebih tepat adalah memanfaatkan fasilitas atau pemberian dari Allah sesuai dengan tujuan Allah memberikan fasilitas itu kepada kita.
o Misalnya, Allah memberi kita mata agar kita, antara lain, bisa menggunakannya untuk melihat bukti-bukti kebesaran Allah, mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dan bisa melaksanakan tugas utama kita dalam hidup — yaitu mengabdi kepada-Nya (Lihat al Dzaniyat 51:56).
o Kita bisa mengaku bersyukur bila kita memang menggunakan mata kita untuk keperluan-keperluan semacam itu.
o Sebaliknya, kita tidak bersyukur kepada Allah bila kita menggunakan mata kita untuk melihat hal-hal yang dilarang oleh-Nya.
24. Bersyukur kepada Allah adalah sikap yang wajar karena kita sangat dan sangat berhutang budi kepada-Nya. Tapi bila kita tidak bersyukur, itu berarti kita sangat sombong dan tidak tahu diri. Itulah sebabnya, Allah mengancam akan menyiksa orang-orang yang tidak bersyukur, tapi sebaliknya Ia akan menambahkan lagi kenikmatan kepada orang-orang yang pandai bersyukur. Dan (ingatlah juga) ketika Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Ibrahim 14:7)
Mohon Maaf Apabila Ada Kesalahan Dalam Penulisan. Semoga artikel tentang BERMACAM KENIKMATAN di atas dapat bermanfaat. Jika ingin menduplikasi artikel ini diharapkan mencantumkan link http://ratsoffice.blogspot.com/2012/12/macam-macam-kenikmatan-1.html. Terima Kasih.
Rats Office
Published:
2012-12-07T02:51:00-08:00
Title:BERMACAM KENIKMATAN
Author :
HOME