CALON ISTRI UNTUK SUAMIKU
(Kunci Surgaku yang Rapuh)
Oleh: Nuy Aya Cahaya
Agustus 2012
Ia tengah asyik dengan bukunya. Selalu buku yang diraihnya setiap pulang dari berjamaah Isya. Membaca halaman demi halaman. Sesekali dahinya mengernyit mencoba mencerna. Kupandangi terus dirinya, ada getaran syukur setiap kali melihat wajah itu.
Menikah di usia 22 tahun, masih kuliah, dan sambil merintis bisnis bersama. Setahun lebih menikah dengannya, kadang Aku bertanya dalam syukur, amalan baik apa dulu yang Aku lakukan hingga Aku dititipkan pada suami shalih sepertinya?
“Apa, Yank?” Mas Awan mengagetkan lamunanku. Sepertinya getaran itu sampai padanya. Memergoki tatapanku, aku tersenyum malu. Seolah paham Aku ingin membicarakan sesuatu. Buku itu diletakkannya di meja, mendekatkan tubuhnya lalu menghadapkan wajah dan perhatiannya padaku, penuh.
“Ada apa? Pasti ada maunya...” Mas Awan menggodaku. Aku terkekeh.
“Ini lho, Yank. Ini temenku, namanya Rumi. Cantik loh, baik, shalihah lagi. Usianya 32 tahun...” Kusodorkan foto Rumi di ponselku sambil tersenyum dan terus bicara tentangnya hingga menjurus pada Poligami yang ku minta. Alih-alih melihat foto, Mas Awan malah menatapku, kecewa.
Ia mundurkan tubuhnya, menarik nafas, lalu menyandarkan diri ke sofa. Jika membahas ini, Mas Awan memang selalu menghindar. Tapi siapa tau, kali ini ia luluh. Hanya saja kini, wajahnya malah merah. Matanya melihat ke atas lalu kembali menarik nafas, nampak menjeda dirinya agar tak meluap emosi.
“Soal itu lagi?” tanya Mas Awan lembut. Aku menunduk tak berani membahas lanjut. Lalu ia kembali mendekatkan wajahnya. Diambilnya ponsel dari tanganku, menyingkirkannya, kemudian kedua tangannya menggenggam dan mencium tanganku. Ku tatap wajahnya yang mulai tenang.
“Ini Wanita kedua yang Kamu tawarkan padaku. Mungkin sudah puluhan kali kita bahas ini. Dan jawabanku tetap sama, tidak.” Ungkapnya.
“Poligami memang Syariat, tapi pilihan. Boleh kan, Aku memilih setia dengan satu Istri seperti Rasulullah juga memilih setia pada Sayyidah Khadijah? Aku memilih Sunnah yang lain. Dan Aku sudah memintamu untuk berhenti mencari, kan?” Jelasnya lagi.
“Tapi kan...”
“Apa Aku gagal sebagai suami?” Mas Awan menyelaku, membuatku terhenyak dengan ucapannya, tak mengerti.
“Kamu ingin masuk surga dengan Aku berpoligami? Tidak ada dalil Istri masuk surga dengan poligami. Hanya diperintahkan taat pada suami. Bukankah menjadi istri yang taat pada suami juga jalan surga? Tapi kenapa Kamu tidak mentaati permintaanku atau menghargai pilihanku? Apa itu artinya Aku gagal mendidik istriku untuk taat?”
Deg! Aku tak menduga kalimat itu yang meluncur darinya.
“Kamu mau, suamimu menjadi Orang yang nanti di hari kiamat berjalan miring? Amal shalihku belum banyak, ibadahku jauh dari baik, tak ada yang tau nasib akhiratku.” Kudengar suaranya bergetar.
“Tolong, tolong jangan buat aku mengundang murka Allah karena dzalim. Aku juga ingin sesurga dengan Kamu, aku mohon, jangan jauhkan surga dariku dengan permintaanmu itu. Tolong tunjukkan arah ke surga kita lewat jalan lain saja.” Pintanya parau.
Aku melihat mata Mas Awan berkaca-kaca.
Tapi tangisku lebih dulu membuncah. Ternyata sesakit ini melihat orang yang dikasihi terluka, karena kita. Aku beristighfar dan bersimpuh mencium kedua tangannya.
Ia memintaku berjanji, agar tak pernah membahas perihal ini. Dan Aku kapok, tak pernah Aku lakukan lagi.
Mas Awan benar, aku keliru memahami kunci surgaku, rapuh. Aku egois jika malah menjauhkannya dari surga yang kita harapkan bersama. Dan jangan-jangan aku dzalim dengan terus mendesaknya, atau aku dzalim pada yang kedua nantinya. Iya, aku menyerah, aku salah.
Januari 2020
“Lucu ya?!” Aku tertawa melihat video ekspresi anak kecil yang begitu lucu. Mas Awan melihat ke arah ponselku dan ikut tertawa, lalu mengecup kepalaku.
“Insya Allah, nanti anak kita juga selucu itu.” Ia memandangku sembari tersenyum. Aku balas senyumnya, lalu kusimpan ponsel di sofa.
“Bagaimana jika tahun ini masih Allah tunda lagi?” tanyaku. Selama 9 tahun pernikahan, Allah belum karuniakan kami keturunan. Jangan tanya berapa banyak ikhtiar yang sudah kami lakukan. Kami bahkan pernah cuti mengurus bisnis untuk fokus pada program kehamilan.
“Anak, adalah rezeki. Hak Allah akan memberikannya, atau menunda. Jika masih Allah tunda juga, itu kehendaknya. Sedangkan kehendakku, tetap sama dan tidak berubah.” jawabnya sambil tersenyum dan menggenggam tanganku, hangat.
Masya Allah, barakallaahufiik...
Mohon Maaf Apabila Ada Kesalahan Dalam Penulisan. Semoga artikel tentang CALON ISTRI UNTUK SUAMIKU Kunci Surgaku yang Rapuh di atas dapat bermanfaat. Jika ingin menduplikasi artikel ini diharapkan mencantumkan link http://ratsoffice.blogspot.com/2020/02/calon-istri-untuk-suamiku-kunci-surgaku.html. Terima Kasih.
Rats Office
Published:
2020-02-13T02:57:00-08:00
Title:CALON ISTRI UNTUK SUAMIKU Kunci Surgaku yang Rapuh
Author :
HOME