PESAN-PESAN SURAT AL FATIHAH
Ayat 6
“IHDINASH SHIRAATHAL MUSTAQIIM,”
(Tunjukilah Kami Jalan Yang Lurus)
ARTI BAHASA
1. Ihdinaa terdiri:
o dari kata ihdi, berarti “tunjukilah..”
o dan naa, “(kepada) kami.”
o Kata ihdi berasal dari kata hidaayah.
o Menurut Ibnu Katsir, ihdinaa pada ayat ini mengandung pengertian “ilhamilah kami” atau “berilah kami taufiq (kesesuaian jiwa dengan petunjuk-Mu).
o Rasyid Ridla mengatakan bahwa secara bahasa arti ihdinaa adalah “berilah kami pengarahan yang lembut kejalan yang mengarah kepada tujuan.”
o Sedangkan makna ihdinaa pada ayat ini adalah “berilah kami pengarahan yang disertai pertolongan ghaib. yang dengan itu Engkau menjaga kami terhindar dari kesesatan dan kesalahan.
2. Al shiraatha berarti “jalan” dan al mustaqiima berarti “yang lurus.”
o Secara bahasa, rangkaian dua kata al shiraatha dan al mustaqiima menunjukkan arti “jalan lurus,”
o yaitu jalan yang terdekat menuju kepada tujuan.
o Al Shawy, dalam J-Jasyiyah al ‘Aliarnah al Shawv ‘ala Tafsir al Jalalain, mengatakan bahwa kata “jalan” di sini adalah kata kiasan untuk menunjukkan arti “agama” atau jalan kehidupan (way of life).
o Kata “jalan” dipinjam dikiaskan untuk menunjukkan arti “agama” karena keduanya memiliki kesamaan, yaitu masing-masing merupakan sarana untuk menuju kepada suatu tujuan.
3. Para ahli tafsir menyampaikan aneka ragam makna al shiraatha al mustaqiima, yakni: “Jalan menuju kebenaran”, “jalan menuju agama Allah (Islam),” “jalan menuju kitab Allah” dan “jalan yang ditempuh oleh Nabi Muhammad.”
4. Ibnu Katsir menjelaskan bahwa semua pendapat ahli tafsir itu benar karena barangsiapa mengikuti jalan yang ditempuh Nabi Muhammad, dia telah mengikuti kebenaran, dan kebenaran itu adalah agama Allah. Dan jika dia telah mengikuti agama Allah, dia tentu megikuti kitab Allah, kitab yang menuntun kita kepada jalan yang lurus.
5. ULASAN DAN PESAN
6. APA MAKNA DEKLARASI dari:
“Hanya kepada-Mu, Allah, kami menyembah dan hanya kepada-Mu juga kami mohon pertolongan,”
kita perlu melaksanakannya dengan melakukan amal-perbuatan yang sesuai dengan deklarasi tersebut.
Pernyataan itu didasari dengan kesadaran bahwa Allah adalah satu-satunya yang berhak disembah
karena Dialah yang mengatur alam semesta dengan sistem dan prosedur bakunya,
yang memberi kenikmatan kepada hamba-hamba-Nya serta memiliki kekuasaan penuh di Hari Pembalasan nanti.
Ini berarti bahwa setelah memperoleh ilmu (tentang Allah sebagai satu-satunya yang berhak disembah), kita harus melaksanakan ilmu tersebut.
7. kita harus betul-betul komit pada DEKLARASI, maka:
o kita akan memperoleh ketenangan batin karena tunduk-patuh kepada Allah,
o mohon pertolongan kepada-Nya serta pasrah-diri pada-Nya adalah sikap yang konsisten dengan karakter ruh kita (Lihat al Rum 30:30 dan al Ra’d 23:28).
o Jadi tunduk-¬patuh kepada Allah, mohon pertolongan kepada-Nya serta pasrah-diri pada¬Nya adalah kebutuhan ruhani kita.
o Namun melaksanakan deklarasi tersebut secara konsisten dan terus¬menerus sepanjang hidup bukanlah hal yang mudah karena kita hampir setiap saat menghadapi rintangan.
o Misalnya, :
suatu saat kita ingin melaksanakan shalat tepat pada waktunya, yaitu segera setelah dikumandangkan adzan. Tapi pada saat yang sama, kita ingin segera menyelesaikan pekerjaan dengan harapan bisa segera menerima upahnya.
Kebanyakan orang mukmin mengakui bahwa pekerjaan mereka adalah bagian dari ibadah karena mereka bekerja agar bisa membiayai kehidupan keluarga, sekolah anak-anak dan bahkan membiayai kegiatan¬kegiatan agama. Tapi kadang-kadang merekà lengah dan mau menerima tawaran uang sogokan untuk kerjasama mengubah angka-angka biaya suatu proyek dalam rangka korupsi.
Kadang-kadang seorang pria yang cepat maju dalam berbisnis menghadapi cobaan yang lain lagi. Kesusksesannya berbisnis bisa mendorong seorang wanita cantik yang ingin cepat kaya untuk memikat hatinya dengan berbagai cara, termasuk cara yang dilarang oleh Allah, meskipun dia tahu bahwa pria tersebut sudah beristri.
Godaan-godaan di tengah perjalanan dalam melaksanakan tugas pengabdian kepada Allah semacam ini sering kali terjadi, dan bahkan kadang-kadang godaan itu begitu kuat daya tariknya, sehingga kita terjerumus atau setidak-tidaknya pekerjaan yang kita niatkan untuk ibadah itu tercemar dengan tindakan yang bertentangan dengan tuntunan Allah.
Godaan-godaan semacam itu begitu sulit dilawan karena godaan¬-godaan itu pada umumnya datang dan dalam diri kita sendiri, yaitu dari dorongan nafsu, yang ditunggangi oleh bujukan setan.
8. Dorogan nafsu sebanarnya bukanlah sesuatu yang buruk karena:
menurut para ahli jiwa, dorongan nafsu adalah suatu proses dimana organisme tubuh kita berusaha mencari keseimbangan biologis agar kehidupan (dan kesenangan) bisa dipertahankan.
Ini berarti bahwa dorongan nafsu adalah salah satu dari macam-macam kasih-sayang (rahmat) Allah kepada kita.
Sebagaimana kita ketahui, bila Allah menciptakan suatu makhluk atau memberi sesuatu kepada makhluk,
Dia selalu memberi sarana agar ciptaan atau pemberian tersebut bisa dipertahankan.
9. Tapi perlu kita sadari bahwa:
sarana tersebut, termasuk dorongan nafsu, hanyalah suatu alat, yang bisa kita gunakan untuk kepentingan positif dan bisa juga untuk hal-hal negatif.
Dorongan nafsu itu akan menjadi negatif apabila dia digunakan secara tidak proporsional (berlebihan, misalnya), tidak sesuai dengan prosedur yang sah atau untuk kepentingan yang melawan ketentuan Allah.
Dan setan biasanya menggunakan dorongan nafsu ini sebagai celah untuk membujuk agar kita menggunakannya secara tidak proporsional, tidak sesuai dengan prosedur yang sah atau untuk tujuan yang bertentangan dengan ketentuan Allah.
CONTOH bisikan makan berlebihan:
o Tiap orang, misalnya, akan terdorong untuk MAKAN bila dia merasa lapar.
o Dan seringkali terjadi, orang akan suka datang ke suatu pesta perkawinan pada saat ia sedang lapar.
o Ia lalu dibisiki oleh setan langsung di hatinya agar ia mengambil makanan sebanyak-banyaknya dan mencoba aneka ragam makanan dan minuman yang dihidangkan.
o Yang terjadi adalah ia merasa terlalu kenyang dan harus membuang sisa makanan yang telah ia ambil berlebihan.
o Padahal Allah melarang kita makan berlebihan (israf) dan melarang kita membuang makanan (tabdzir).
o Ini adalah contoh penggunaan dorongan nafsu secara tidak proporsional.
o ”Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”. (Al A’raf 7:31)
o
Dorongan birahi juga penting untuk mempertahankan kehidupan ummat manusia dan Allah memberi kesempatan kepada kita untuk melampiaskan dorongan itu asal kita menempuh prosedur yang benar —melalui pernikahan yang memenuhi syarat dan rukunnya.
Tapi setan sangat terampil membujuk dengan berbisik langsung di hati sepasang pria dan wanita bukan suami-istri yang sedang berduaan di suatu tempat sunyi agar mereka melampiaskan dorongannya.
Ini adalah contoh pelampiasan nafsu yang tidak sesuai dengan prosedur yang sah.
”Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”. (Al Isra’ 17:3 2)
10. BISIKAN SETAN BISA MASUK DALAM PROGRAM BANTUAN SOSIAL:
Manusia, sebagai makhluk sosial, biasanya ingin diterima keberadaannya oleh masyarakatnya,
Untuk memenuhi kebutuhan menjadi anggota masyarakat (needs for belongingness), seorang yang kaya-raya suatu saat ingin membantu masyarakat yang sedang mengalami kesulitan karena ditimpa bencana.
Di tengah ia merencanakan memberikan bantuan yang jumlahnya sangat banyak,
setan tidak ingin melewatkan kesempatan ini untuk membisiki orang tersebut untuk memanggil wartawan
Maksudnya agar informasi tentang sumbangan tersebut bisa tersebar luas dan dia kelak akan dikenal sebagai seorang yang dermawan dan peduli terhadap sesamanya yang sedang tertimpa bencana.
Ini contoh pelaksanaan dorongan nafsu yang digunakan untuk mencapai tujuan yang bertentangan dengan ketentuan Allah.
Padahal semua amal perbuatan haruslah ditujukan untuk mencari rida Allah, bukan untuk kepentingan yang lain, termasuk keterkenalan (riya).
”Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dan apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (Al Baqarah 2:264)
11. KEBODOHAN ATAU KETIDAK TAHUAN DPT MEMPENGARUHI PELAKSANAAN DEKLARASI:
Kadang-kadang rintangan untuk melaksanakan deklarasi “Hanya kepada-Mu, Allah, kami menyembah dan hanya kepada-Mu juga kami mohon pertolongan” bukan datang dari dorongan nafsu dan bujukan setan tapi karena kebodohan (ketidak-tahuan).
Kita sering menyaksikan orang yang ingin melaksanakan perintah Allah, tapi dia tidak jadi melaksanakannya atau dia jadi melaksànakannya tapi pelaksanaan itu tidak memenuhi syarat dan atau rukun yang ditentukan.
Akibatnya dia melakukan kesalahan atau bahkan tersesat dalam pelaksanaan tersebut.
Dia mengira bahwa dia telah melakukan kebaikan tapi yang terjadi sebaliknya.
Contohnya adalah:
o sepasang suami-istri yang bekerja keras dengan harapan mereka bisa memperoleh uang yang cukup banyak untuk membiayai pendidikan anak-¬anak mereka.
o Mereka meninggalkan rumah pagi sekali ketika anak-anak masih tidur dan pulang kembali pada malam hari.
o Urusan anak-anak banyak dikerjakan oleh pembantu.
o Mereka mengira bahwa pekerjaan mereka baik dan bahkan mereka merasa berjuang untuk masa depan anak-anak mereka.
o Tapi mereka lalai atau tidak tahu bahwa pendidikan yang baik menuntut perhatian yang cukup dari orang-tua dan tuntutan ini tidak mereka penuhi.
o Akibatnya, mereka telah berhasil memperoleh uang yang cukup banyak tapi anak-anaknya tidak siap untuk dididik lebih tinggi atau lebih baik karena mereka menjadi anak-anak yang frustasi, putus-asa dan bahkan ada yang kecanduan obat.
o Allah memberi peringatan agar kita waspada dalam mengelola anak dan harta.
o ”Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”. (Al Anfal 8:2 8)
MACAM-MACAM ARTI PETUNJUK
12. Karena rintangan untuk melaksanakan deklarasi tersebut begitu banyak dan beragam, Allah menganjurkan:
o kita untuk selalu minta petunjuk kepada-Nya agar kita tidak menyimpang dari jalan yang lurus,
o dengan mengucapkan “Ihdinash shiraathal mustaqiim,” sedikitnya 17 kali dalam sehari,
o masing-masing ketika kita membaca surat al Fatihah pada setiap rakaat dan shalat fardlu lima kali sehari.
13. Lalu apa arti petunjuk yang dimaksud oleh Allah pada ayat ini? Para ähli tafsir menerangkan bahwa Allah menggunakan kata petunjuk (hidayah) di alQur’an dengan berbagai arti:
1) Insting, yaitu pola perilaku yang kompleks,:
a) yang muncul pada tiap species tanpa dipelajari terlebih dahulu (bawaan dari lahir) dalam rangka menanggapi rangsangan tertentu.
b) Allah membekali manusia dan hewan sejak lahir dengan seperangkat pola perilaku semacam ini, yang sangat dibutuhkan oleh mereka sendiri untuk mempertahankan kehidupannya.
c) Mereka akan terampil menggunakan sarana-sarana yang Allah berikan kepada mereka, termasuk tangan, kaki, mulut, mata, telinga dan bahkan akal (khusus bagi manusia).
d) Seekor laba-laba, misalnya, akan terampil membangun jaring sarangnya dengan sempurna meskipun ia belum pernah melihat contohnya.
e) Seorang manusia akan mengedipkan matanya dalam rangka melindunginya dari kelilipan debu.
f) Hanya saja, insting pada hewan biasanya berkembang lebih cepat daripada manusia ketika baru saja dilahirkan oleh induknya/ ibunya.
g) Musa berkata: “Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.” (Thaha 20:50)
Khusus kepada manusia,:
a) Allah memberi insting pada hati nuraninya berupa kemampuan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk,
b) sehingga setiap manusia yang masih belum tercemar kehidupannya dengan kemaksiatan, terutama pada anak kecil, akan merasa tergetar hatinya bila ia melakukan kejahatan atau megucapkan kebohongan.
c) ”Bukankah Kami telah memberikan kepadanya (manusia) dua buah mata, lidah dan dua buah bibir. Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (jalan kebajikan dan jalan .kejahatan).” (Al Balad 90:8-10)
2) Pengarahan kepada kebenaran,
a) yaitu ajaran tentang cara hidup dengan tunduk-patuh kepada Allah.
b) Pengarahan ini khusus ditujukan kepada manusia dan jin, sebagai rnakhluk yang mukallaf (ditunjuk untuk melaksanakan tugas-tugas keagamaan) dan.
c) disampaikan oleh Allah melalui utusan-Nya, kitab-Nya atau para pemimpin agama:
d) ”Sesungguhnya Al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (AlIsra’ 17:9)
e) ”Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur’an) dan tidak pulà rnengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan Al Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus” .(AI Syura 42:52)
f) ”Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami”. (Al Sajdah 32:24)
3) Pertolongan Allah:
a) untuk menyesuaikan kecenderungan dari insting dan hati nurani kita kepada pengarahan-pengarahan-Nya menuju kebenaran,
b) yang disampaikan melalui utusan-Nya, kitab-Nya dan pemimpin-pemimpin agama.
c) Hidayah jenis ini biasanya disebut al hidayah wal taufiiq.
d) ”Sesungguhnya kamu (Muhammad) tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang¬-orang yang mau menerima petunjuk. (Al Qashash 28:56)
14. Bila kita perhatikan:
kalimat “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus”
pada surat al Syura ayat 52 dan kalimat “Sesungguhnya kamu (Muhammad) tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi”
pada surat al Qashash ayat 56, kita sepintas mendapat kesan bahwa dua ayat ini saling bertentangan,
karena pada ayat yang disebut pertama Allah meyakinkan bahwa Nabi Muhammad s.a.w. bisa memberi petunjuk,
sedangkãn pada ayat kedua Allah menyangkal bahwa Nabi Muhammad s.a.w. bisa memberi petunjuk.
Padahal sebenarnya tidak ada pertentangan antara ayat pertama dan kedua karena pada ayat pertama kata “petunjuk” berarti “memberi pengarahan kepada kebenaran”, yaitu arti petunjuk pada titik ke-2,
sedangkan kata “petunjuk” pada ayat kedua berarti “pertolongan dari Allah untuk menyesuaikan insting dari hati nurani kita dengan pengarahan¬-pengarahan-Nya kepada kebenaran,” yaitu arti petunjuk pada titik ke-3.
Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga). Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran”. Dan diserukan kepada mereka: “Itulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan.” (Al A’raf 7:43)
15. Para ahli tafsir, termasuk Muhammad Jamaluddin al Qasimy, dalam Mahasin al Ta ‘wil, dan Rasyid Ridla, berpendapat bahwa:
a) pengertian “mohon petunjuk” pada ayat “Ihdinash shiraatha! mustaqiirn” adalah bahwa kita memohon agar Allah memberi pertolongan kepada kita dengan menyesuaikan insting dan hati nurani kita dengan pengarahan-pengarahan¬Nya kepada kebenaran, yang disampaikan melalui utusan-Nya, kitab-Nya dan pemimpin-pemimpin agama.
b) Dengan demikian, arti “petunjuk” pada ayat ini sesuai dengan pengertian pada titik ke-3, yang sebenrnya sekaligus mencakup pengertian pada titik ke-1 dan ke-2.
c) Bila permohonan ini dikabulkan oleh Allah, maka “petunjuk” dalam pengertian pada titik ke-4 akan terkabul juga karena masuk surga adalah imbalan yang diberikan oleh Allah bagi orang-orang yang mendapatkan “petunjuk-Nya” dalam pengertian titik ke-3.
USAHA MEMPEROLEH PETUNJUK
16. Lalu apa yang yang harus kita lakukan agar permohonan untuk memperoleh petunjuk ini dikabulkan oleh Allah????:
17. Petunjuk Allah tidak akan diberikan secara cuma-cuma kepada orang yang tidak melakukan usaha. Allah menjanjikan akan memberikan petunjuk-Nya kepada:
a) Orang yang beriman, berpegang teguh pada keimanannya dan mau beramal shalih.
b) Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-¬amal saleh, mereka diberi petunjuk o!eh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan. (Yunus 10:9)
c) ”Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang kepada (agama)-Nya, niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya”. (Al Nisa’ 4:175),
d) ”Orang yang mau bekerja keras di jalan Allah untuk mencari keridlaan¬Nya. Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridlaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Al ‘Ankabut 29:69)
e) Orang yang bersedia atau membuka diri untuk menerima pengarahan petunjuk. ”Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan membenikan kepada mereka (ba!asan) ketakwaannya.” (Muhammad 47:17)
18. Oleh karena itu, bila kita mengharapkan Allah memberi petunju:
a) kepada kita dengan cara menolong menyesuaikan insting dari hati nurani kita dengan pengarahan-pengarahan-Nya kepada kebenaran, yang disampaikan melalui utusan-Nya, kitab-Nya dan pemimpin-pemimpin agama,
b) kita harus berusaha meningkatkan iman dan amal shalih kita, berpegang teguh pada keimanan,
c) bekerja keras di jalan Allah untuk mencari keridlaan-Nya dan bersikap terbuka untuk menerima pengarahan dan Allah.
19. LALU MUNCUL PERTANYAAN MENGAPA ALLAH:
a) pada surat al Fatihah ini mengajari kita untuk berdoa hanya untuk memperoleh petunjuk dan tidak mengajari kita untuk memohon rezeki, kemuliaan, kelancaran bisnis dan sebagainya?
b) Bukankah kita membutuhkan rezeki untuk kehidupan sebelum melaksanakan tugas-tugas keagamaan, misalnya?
c) Sebenarnya petunjuk dari Allah adalah kunci dari segalanya yang kita butuhkan karena begitu kita sudah mendapatkan petunjuk dari Allah, kita juga akan memperoleh semuanya.
d) Sebaliknya, jika kita sudah mendapatkan rezeki dan pangkat, misalnya, belum tentu kita akan memperoleh petunjuk. Jadi, petunjuk dari Allah jauh lebih penting daripada apapunjuga. Mengapa begitu?
20. Begitu kita memperoleh petunjuk dari Allah:
a) (dengan pengertian titik ke-3), kita akan siap melaksanakan petunjuk itu dengan baik.
b) Dan begitu kita sudah melaksanakan petunjuk itu dengan baik, maka kita, in sya Allah, sudah termasuk orang-orañg yang bertakwa dan berserah-diri kepada Allah.
c) Padahal, kepada orang yang bertakwa Allah menjanjikan akan selalu memberi ja!an keluar dari problem apa saja yang ia hadapi dan Allah akan memberii rezeki yang tak terduga-duga.
d) Dan kepada orang yang berserah diri, Allah berjanji akan mencukupi segala kebutuhannya.”Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Al Thalaq 65:2-3)
21. Dan begitu kita sudah melaksanakan petunjuk itu dengan baik:,
a) maka kita, in sya Allah, juga sudah termasuk orang-orang yang menolong Allah,
b) dalam arti ikut berjuang untuk menjunjung tinggi kalimat Allah.
c) Padahal, Allah telah berjanji akan menolong siapa saja yang menolong-Nya.
d) Ini berarti bahwa seorang yang mendapat petunjuk dari Allah akan selalu mendapat pertolongan dari Allah setiap kali ia menghadapi kesulitan. ”Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (Muhammad 47:7)
e) Dan begitu kita menolong Allah, berarti pula bahwa kita termasuk tentara Allah. Tenhadap tentara-Nya, Allah menjamin mereka akan menang dalam menghadapi musuh. ”Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang” (Al Shaffat 37:173)
22. Jadi, petunjuk Allah adalah kenikmatan yang merupakan induk dari kenikmatan-kenikmatan lainnya karena ketika petunjuk Allah sudah kita peroleh, berbagai kenikmatan yang lain, in sya Allah, akan menyusul.
Mohon Maaf Apabila Ada Kesalahan Dalam Penulisan. Semoga artikel tentang IHDINASH SHIRAATHAL MUSTAQIIM di atas dapat bermanfaat. Jika ingin menduplikasi artikel ini diharapkan mencantumkan link http://ratsoffice.blogspot.com/2012/12/ihdinash-shiraathal-mustaqiim.html. Terima Kasih.
Rats Office
Published:
2012-12-07T03:14:00-08:00
Title:IHDINASH SHIRAATHAL MUSTAQIIM
Author :
HOME