RPESAN-PESAN SURAT AL FATIHAH
Ayat 4
MAALIKI YAUMIDDIN
Yang memiliki hari pembalasan
Yang merajai hari pembalasan
Arti Bahasa:
1. Maaliki = yang memiliki ; Maliki = yang merajai
Para ahli bacaan al Qur’an berbeda pendapat mengenai ayat ini.
o Rasyid Ridla, bahwa maaliki, dengan suku kata maa dibaca panjang, berarti “pemilik” atau “yang memiliki.”
o Pendapat ini ditunjang oleh ayat lain yang dianggap berkaitan, yaitu: ”Tahukah kamu apakah hari pembalasan itu? Sekali lagi, tahukah kamu apakah Hari Pembalasan itu? (Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak memiliki (berdaya) sedikit pun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah”. (Al Infithar 82:17-19)
o
o Ulama lainnya berpendirian bahwa: maliki dengan suku kata ma dibaca pendek dan berarti “raja” atau “yang merajai.”
o Pendapat ini sesuai dengan ayat: (Yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada suatu pun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Lalu Allah berfirman): “Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?” Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (Al Mu’min/Ghafir 40:16)
2. YAUMI berarti “hari”; DIIN berarti ”pembalasan”
o konsep pengertian hari disini bukan yang menunjukkan periode waktu 24 jam seperti yang kita alami di dunia ini.
o “Hari” disini sering kali diartikan sebagai “periode” atau “masa”
o Sedangkan al DIIN berarti “perhitungan dan pembalasan” atau “ketundukan”.
o Jadi YAUMIDDIIN berarti “periode pembalasan atau masa pembalasan,”
o yakni periode atau masa yang akan kita tempuh setelah kita menyelesaikan periode kehidupan yang di dunia,
o dimana kita melakukan amalan-¬amalan sebagai Bekal untuk kehidupan periode atau masa pembalasan tersebut.
ULASAN DAN PESAN
3. Sebagian ulama berpendapat bahwa bacaan maaliki (dengan maa dibaca panjang = memiliki) lebih utama.
4. Menurut al Razy, para ulama yang memilih keutamaan maaliki = memiliki dg berbagai alasan, antara lain sebagai berikut:
a) SUDUT HUBUNGAN ATASAN DAN BAWAHAN:
o Seorang raja menguasai rakyat,: sedangkan
o seorang pemilik = maa, menguasai budak/hamba/abdi;
o
o Kedudukan hamba terhadap PEMILIKNYA lebih rendah DIBANDING dengan kedudukan rakyat terhadap rajanya, sehingga
o Si PEMILIK mempunyai kekuasan lebih besar thd budaknya DIBANDING denan kekuasaan si RAJA thd rakyatnya.
o Jadi dari pengertian kedudukan, hamba lebih rendah dari rakyat , bila dilihat dari atasannya (hamba thd Pemilik, rakyat thd Raja)
b) Beda RAKYAT dan BUDAK:
o Rakyat, atas pilihannya sendiri, BISA MENGHINDARKAN DIRI dari kekuasaan rajanya, sedangkan seorang
o Budak TIDAK BISA MENGHINDARKAN DIRI dari statusnya sebagai milik tuannya.
o
o Rakyat TIDAK WAJIB melayani rajanya, sedangkan
o Budak HARUS melayani PEMILIKNYA.
o
o Rakyat, mengharapkan Seorang RAJA untuk BERLAKU adil dan melindungi seluruh rakyatnya, sedangkan
o Budak, mengharapkan Seorang PEMILIK untuk MEMBERI makanan, pakaian, kasih-sayang dan pendidikan.
c) Beda RAJA dan PEMILIK:
o seorang PEMILIK secara mutlak boleh menggunakan kepemilikannya untuk apa saja yang ia kehendaki, sedangkan
o seorang RAJA tidak boleh menggunakan kekuasaannya untuk apa saja yang ia kehendaki.
5. Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa bacaan maliki (dengan ma dibaca pendek = MERAJAI) berdasarkan berbagai alasan. :
a) Setiap warga negara adalah:
o pemilik atas sesuatu dan mereka berkedudukan sederajat.
o Tapi dalam negara tersebut hanya ada satu raja dan dia adalah yang paling mulia diantara para warga.
o
b) Berbeda dengan SEORANG PEMILIK,:
o seorang raja mempunyai kekuasaan untuk memaksa terhadap rakyatnya,
o raja bisa mengeluarkan perintah dan larangan yang harus ditaati oleh rakyatnya dan
o ia pun bisa menawarkan balasan kepada rakyatnya atas ketaatan atau pembangkangan mereka.
o
c) Pengertian kepemilikan Allah atas Hari Akhir:
o sudah tercakup dalam pengertian “semesta alam” yang terkandung dalam ayat alhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin (Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam),
o karena “semesta alam” mengandung pengertian segala macam alam, termasuk alam dunia dan alam akhirat.
o Oleh karena itu dirasa tidak diperlukan lagi Allah mengulangi pemyataan bahwa Dia memiliki hari/periode pembalasan.
o Yang diperlukan adalah pengertian yang lain, yaitu Dia adalah yang MERAJAI hari/periode pembalasan itu,
6. Namun baik dibaca maaliki ataupun maliki maksudnya adalah bahwa:
o Allah memiliki KEKUASAAN PENUH pada hari itu sehinga Ia bisa membalas para makhluk mukallaf yaitu manusia dan jin, atas perbuatan mereka selama hidup di dunia.
o ”Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang, Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan”. (Thaha 20:15)
MENGAPA perlu ada HARI PEMBALASAN/PERHITUNGAN
7. MAKNA PEMBALASAN adalah TANDA KEADILAN
8. Pembalasan itu penting untuk membedakan AKIBAT bagi:
o orang yang telah berbuat baik dan orang yang telah berbuat jahat.
o orang yang patuh kepada Allah dan orang yang membangkang,
o orang yang menyesuaikan diri terhadap petunjuk Allah dan orang yang mengingkarinya.
o
o Misal: patutkah, pantaskah, adilkah, ..... ???
o Yang berbuat baik = berbuat jahat = surga ?, .....
o Yang patuh = yang membangkang = surga ?, .....
o Yang menyesuaiakan diri = yang mengingkari = surga? , .....
o Yang maksiat = yang bertaubat = surga ?, .....
o ”Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat?” (Shad 38:28)
9. Mustahil bagi Allah untuk tidak membalas para mukallaf sesuai dengan perbuatan mereka. Mengapa?
o Denan tidak menimpakan balasan bisa menunjukkan adanya kelemahan untuk membalas, atau
o menandakan kebodohan/ketidak-tahuan akan perbuatan yang dilakukan oleh para mukallaf, atau
o berarti kerelaan atas perbuatan lalim.
o Pembalasan sebenarnya juga menunjukkan konsekwensi dan tanggung-jawab para mukallaf atas kebebasan memilih (free-will) yang telah diberikan oleh Allah kepada mereka semasa hidup di dunia.
o Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan setetes mani yang bercampur, yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; adakalanya ia mengingkari. sesungguhnya Kami menyediakan bagi orang-orang kafir rantai, belenggu dan neraka yang menyala-nyala. Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur.: (al Insan 76:2-5)
10. Allah memberi kebebasan memilih kepada Manusia:
Sebagaimana kita ketahui, Allah telah memberikan:
• hawa nafsu (dorongan) agar kita bisa mempertahankan kehidupan, dan juga
• akal serta hati-nurani sebagai sarana untuk membedakan:
o antara yang benar dan yang salah,
o antara yang baik dan yang buruk, serta
o antara yang halal dan yang haram.
o
Karena itu, Allah memberikan kepada kita kebebasan untuk memilih:
o Mau melakukan yang benar atau yang salah, ... silahkan ...
o Mau melakukan yang baik atau yang buruk, ... silahkan ...
o Mau melakukan yang halal atau yang haram, ... juga silahkan ....
o
Kebebasan SEBANDING dengan Balasannya:
o Bila kebebasan memilih itu diberikan lebih besar, maka tanggung-jawab yang dituntut juga makin besar.
o seorang yang mempunyai kekuasaan politik lebih tinggi, tentu akan memiliki kebebasan lebih leluasa dalam menentukan corak kehidupan masyarakat.
o Maka, tanggung-jawab yang dituntut oleh Allah atas penggunaan kebebasan memilih itu akan lebih besar.
o Artinya, bila kebebasan-memilih tersebut digunakan secara baik, maka pahalanya akan sangat besar.
o Tapi bila kebebasan-memilih itu digunakan secara tidak baik, untuk ketidak-adilan, misalnya, maka dosanya akan sangat besar.
o
o Contoh ILUSTRASI:
o Dari uraian tadi kita tahu bahwa:
kebebasan sebanding dengan tanggung jawab,
artinya semakin tinggi jabatan semakin luas kebebasan,
mungkin akan semakin besar pahalanya atau sebaliknya semakin bawah nerakanya.
Bila ditawarkan kepada kita, bapak, ibu tentang:
apakah pilih jadi bupati atau jadi ketua RT;
apakah pilih orang kaya atau orang cukupan;
apakah pilih orang cantik atau orang sejuk (inner beauty);
apakah pilih pengusaha sukses atau petani.
Semuanya Tergantung ILMU dan SIKAP kita terhadap duniawi
11. SEBALIKNYA,:
o bila seseorang tidak memiliki kebebasan memilih, maka ia tidak akan dituntut untuk bertanggung-jawab.
o Misalnya, seorang yang berada di tempat terpencil dimana dia tidak menemukan makanan apapun selain bangkai, darah atau daging babi,
o sedangkan dia dalam keadaan lapar sekali dan dia akan mati bila tidak memakannya,
o maka dia boleh makan barang tersebut dan dia tidak akan dituntut bertanggung-jawab atas perbuatannya itu,
o meskipun memakan bangkai, darah atau daging babi haram dalam keadaan normal.
o ”Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai, darah, daging babi dan apa yang disembelih dengan rnenyebut nama selain Allah; tetapi barang siapa yang terpaksa memakannya dengan tidak menganiaya dan tidak pula melampaui batas, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al NahI 16:115)
12. Setelah MENGETAHUI dan MEMPERCAYAI bahwa:
o kita akan dituntut untuk mempertanggung-jawabkan semua perbuatan kita besok di hari pembalasan, .... KITA PERCAYA ......,
o maka kita mesti mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
o
o Tidak mungkin kita mengaku percaya akan adanya Hari Pembalasan tanpa melakukan persiapan untuk menghadapinya.
o
o Bila ada orang mengaku percaya akan adanya Hari Pembalasan,
o tapi tidak melakukan persiapan apapun,
o maka dia sebenarnya MUNAFIK, lain di mulut dan lain pula di hati.
o Orang munafik pd hakekatnya adalah orang yang ingkar/kafir.
o Kita mohon perlindungan Allah dari kemunafikan hati.
13. MEMPERSIAPKAN DIRI menghadapi hari pembalasan adalah:
o menggunakan sebaik-baiknya segala sesuatu yang dianugerahkan oleh Allah kepada kita untuk melaksanakan tugas-tugas pengabdian kepada Allah.
o Sederhananya, Pengertian mengenai tugas-tugas pengabdian kepada Allah adalah melaksanakan segala perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya.
o
o INI BERARTI BAHWA:
• semua sarana yang diberikan oleh Allah kepada kita,
• baik berupa sarana-sarana yang ada pada diri kita (seperti kehidupan, akal, mata, pikiran, perasaan, dan sebagainya)
• maupun sarana¬-sarana yang di luar diri kita (seperti bumi dan seisinya: tanah, rumah, motor, mobil, bensin, uang, dst),
• harus kita manfaatkan untuk melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
o Penggunaan sarana-sarana tersebut untuk kepentingan kehidupan kita sendiri hanyalah sebatas keperluan untuk mendukung pelaksanaan pengabdian tersebut.
o Hal ini sesuai dengan firman Allah: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dan (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Al Qashash 28:77)
14. Pada Umumnya Manusia akan MENYESAL:
Pd umumnya Kita tdk memanfaatkan anugerah Allah dg sebaik-baiknya.
Padahal penyesalan pada Hari Pembalasan tiba, tidak akan ada gunanya.
Mungkin seorang pengusaha sukses sekarang bisa mengatakan bahwa:
o dia terlalu sibuk untuk melaksanakan shalat lima kali sehari.
o Dia merasa sulit menyisihkan waktu barang beberapa menit untuk mengambil air wudlu dan mendirikan shalat.
o Dia merasa tidak ada waktu untuk berhaji, siapa yang ngurus usahanya nanti selama di tanah suci.
Mungkin juga seorang pejabat merasa sulit menyisihkan waktu untuk shalat karena dia sangat sibuk dengan berbagai rapat.
Mungkin juga seorang penceramah, tidak sempat shalat karena harus pergi dari satu tempat ke tempat lain untuk berpidato di hadapan kelompok masyarakat yang berbeda.
Mungkin seorang pedagang merasa tidak perlu shalat tepat waktu selagi sibuk melayani calon pembeli.
Mungkin seorang saudagar kikir bersedekah karena untungnya belum banyak, karena perlu menumpuk modal dulu biar kuat,
Mungkin seorang petani malas berjamaah, karena seharian di sawah sehingga capek dan ngantuk. (= penyesalan),
Mungkin seorang muda malas kemesjid, karena temennya banyak, bermainya banyak, nonton TV-nya menarik shg kurang tertarik kemesjid.
Penyesalan di Hari Akhir digambarkan Allah pd surat Fathir ayat 37:
o ketika orang-orang kafir minta dikeluarkan dari neraka dan dikembalikan lagi ke dunia agar mereka bisa berbuat kebaikan.
o Lalu Allah menjawab bahwa mereka sebenarnya sudah diberi umur yang sama panjangnya dengan orang lain yang bisa menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya.
o Mereka juga telah mendapat informasi tentang akan adanya hari pembalasan dan utusan-Nya
o (yang kemudian diteruskan oleh para pemimpin agama melalui berbagai media).
o ”Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan”. Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang lalim seorang penolong pun.” (Fathir 3 5:37)
15. PENYESALAN DI HARI AKHIR TAK ADA GUNANYA:
o Bukan hanya ingin kembali lagi ke dunia agar bisa berbuat kebaikan,
o tapi mereka yang tidak mau melaksanakan tugas-tugas pengabdian kepada Allah,
o juga ingin membayarkan semua kekayaannya untuk menebus semua kesalahannya.
o Namun, sayang, seberapa pun nilainya, kekayaan mereka tidak akan memadai untuk menebusnya.
o Dan sebenarnya kekayaan mereka sudah tidak ada lagi karena semua sudah hancur lebur.
16. Sesuai firmanNya: ”Bagi orang-orang yang memenuhi seruan Tuhannya, (disediakan) pembalasan yang baik. Dan orang-orang yang tidak memenuhi seruan Tuhan, sekiranya mereka mempunyai semua (kekayaan) yang ada di bumi dan (ditambah) sebanyak isi bumi itu lagi besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan kekayaan itu. Orang-orang itu disediakan baginya hisab yang buruk dan tempat kediaman mereka ialah Jahanam dan itulah seburuk-buruk tempat kediâman.” (Al Ra’d 13:18)
17. STRATEGI MEMPERSIAPKAN HARI AKHIR:
Untuk mendorong diri sendiri agar kita mau melakukan segala persiapan guna menghadapi hari pembalasan, kita mesti menyadari bahwa kehidupan di Hari Akhir akan jauh lebih baik dan lebih abadi daripada kehidupan di dunia ini.
Fasilitas di hari akhir pun juga akan lebih indah dan lebih melimpah bagi orang yang bertakwa daripada fasilitas di dunia.
Kehidupan di dunia akan sangat terbatas karena semua orang akan mati, sedangkan di hari akhir nanti, kita tidak akan mati lagi.
Harta yang kita kumpulkan dengan jerih payah akan kita tinggalkan setelah kita mati.
Bahkan ada kemungkinan harta itu kemudian akan dipakai oleh orang yang selama ini kita benci.
Kenikmatan dunia juga dibatasi oleb kapasitas kita sendiri.
Kita tidak bisa makan dan minum lebih daripada kapasitas perut kita.
Bahkan ketika darah kita sudah terlalu banyak mengandung kolesterol dan gula darah, kita tidak boleh lagi mengkonsumsi beberapa jenis makanan dan minuman yang enak-enak.
Karena itu, jangan sampai kita tertipu dengan memberi prioritas terlalu tinggi untuk mencari kenikmatan di dunia, kemudian lupa dengan usaha mendapatkan kenikmatan di akhirat.
18. Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahanam; dan Jahanam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya. Akan tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan-nya bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal (anugerah) dari sisi Allah. Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti. (Al Imran 3:196-198)
19. ORANG SERING TERTIPU oleh kesenangan dalam kehidupan di dunia karena:
ia bisa diperoleh dan dinikmati sekarang juga atau dalam waktu dekat,
sedangkan kesenangan di Hari Akhir masih harus ditunggu setelah mereka meninggal dunia.
Pada umumnya manusia hanya bisa melihat dan merasakan hal-hal yang bersifat materi, tapi mereka tidak peka akan hal-hal yang bersifat ruhani.
ltulah sebabnya, mereka lebih tertarik pada kenikmatan duniawi daripada kenikmatan ukhrawi.
Akibatnya, mereka lupa kepada Allah, Tuhan mereka, dan bahkan suka mengolok-olok orang lain yang menurut mereka tidak mau menikmati indahnya dunia.
Karena lupa kepada Allah dan tidak meyakini bahwa mereka selalu diawasi oleh ALLAH, mereka cenderung menghalalkan segala cara dalam mencari kenikmatan dunia.
Maka LAYAK-LAH kalau mereka tidak akan mendapatkan kenikmatan di Hari Akhir.
”Dan apabila dikatakan (kepadamu): “Sesungguhnya janji Allah itu adalah benar dan Hari Berbangkit itu tidak ada keraguan padanya,” niscaya kamu menjawab: “Kami tidak tahu apakah hari kiamat itu, kami sekali¬kali tidak lain hanyalah menduga-duga saja dan kami sekali-kali tidak meyakini (nya)”. Dan nyatalah bagi mereka keburukan-keburukan dari apa yang mereka kerjakan dan mereka diliputi oleh (azab) yang mereka selalu memperolok-olokkannya. Dan dikatakan (kepada mereka): “Pada hari ini Kami melupakan kamu sebagaimana kamu telah melupakan pertemuan (dengan) Harimu ini dan tempat kembalimu ialah neraka dan kamu sekali¬-kali tidak memperoleh penolong. Yang demikian itu, karena sesungguhnya kamu menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan dan kamu telah ditipu oleh kehidupan dunia, maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertobat. (Al Jatsiyah (45:32-35)
PEMBALASAN DI DUNIA
20. Apakah Ada Pembalasan dikala di DUNIA ??
Itulah gambaran mengenai hari pembalasan di Hari Akhir.
Bukankah kehidupan di dunia ini juga merupakan hari pembalasan atas apa saja yang telah kita lakukan?
Memang betul bahwa di dunia ini, Allah akan menimpakan akibat dan apa yang kita kerjakan.
Allah akan menimpakan kesengsaraan bila kita tidak melaksanakan kewajiban atau memberikan sesuatu kepada yang berhak, dan
Dia akan memberi kenikmatan bila kita melaksanakan kewajiban dan memberikan segala sesuatu kepada yang berhak.
Misalnya, bila kita suka berdusta atau menipu dalam berdagang, maka barang dagangan kita akan tidak laku sehingga kita tidak memperoleh keuntungan dan akan jatuh miskin.
Bila kita tidak makan secara teratur, maka kita akan mudah terserang penyakit.
Sebaliknya, bila kita jujur, menghargai orang lain, menyampaikan amanat, rajin bekerja dan mau melaksanakan semua anjuran Allah — yang berarti kita bertaqwa — maka kita akan hidup terhormat dan disegani orang lain,
sebagaimana dinyatakan oleh Allah: ”Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu”. (Al Hujurat 49:13)
21. JADI buah sikap kita juga bisa diketemukan di dunia,:
o kesengsaraan di dunia ini sering kali merupakan balasan terhadap kegagalan seseorang dalam melaksanakan kewajibannya atau memberikan sesuatu kepada yang berhak.
o Sedangkan kenikmatan yang ia terima sering kali merupakan buah dan usahanya dalam menjaga hubungan baik dengan Allah dan dengan manusia.
o Dalam membalas semua itu, Allah menggunakan sarana yang telah Ia ciptakan dengan prosedur baku yang telah ia tentukan, yaitu i[sunnatullah.
o Hal ini tersirat dalam ayat yang Ia firmankan: ”Dan hanya kepunyaan AlIah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuatjahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga). ”(Al Najm 53:31)
22. PERBUATAN KITA SESUNGGUHNYA UNTUK KITA JUGA:
o bila berbuat baik, sebenarnya kita berbuat baik pd diri kita sendiri, dan
o bila kita berbuat kejahatan, sebenarnya kita berbuat kejahatan terhadap diri kita sendiri.
o Bila kita mengharapkan orang lain memperlakukan kita dengan baik, kita harus terlebih dahulu berbuat baik kepada mereka.
o Bukan sebaliknya, yaitu kita mengharap orang lain berbuat baik dulu terhadap kita sebelum kita berbuat baik kepada mereka.
o ”Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri danjika kamu berbuatjahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri”.(Al Isra’ 17:7)
23. PERLUNYA KEIKHLASAN KEPADA ALLAH:
o bila kita ingin diperlakukan dengan baik oleh Allah (misalnya kita mengharapkan rezeki yang banyak, kedudukan yang mulia, kehidupan yang tenteram, dan sebagainya) kita mesti terlebih dahulu berbuat baik kepada Allah,
o dalam arti melaksanakan segala perintah¬Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya, serta mengikuti petunjuk¬-petunjuk-Nya,
o termasuk petunjuk yang dimuat didalam al Qur’an dan petunjuk yang disampaikan lewat nabi-nabi-Nya.
o ”Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dan apa yang telah mereka kerjakan”. (Al NahI 16:97)
24. Tapi bila kita tidak mau melaksanakan perintah-perintah Allah dan tidak mau menaruh perhatian terhadap petunjuk-petunjuk-Nya, tentu kita tidak layak untuk memperoleh anugerah dari-Nya dan sepatutnya bila mengalami kehidupan yang sengsara dan sempit. ”Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit. dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (Thaha 20:124)
25. KESENGSARAAN ATAU SIKSAAN DI DUNIA BENTUK KASIH SAYANG ALLAH:
o Allah menimpakan musibah kpd orang yang telah berbuat salah, sebenarnya musibah tadi adalah salah satu wujud kasih-sayang (rahmah) Allah kepada kita
o karena dengan kesengsaraan atau hukuman itulah Allah menegur kita agar kita mau menilai diri kita sendiri dan akhirnya menyadari bahwa kita telah berbuat kesalahan.
o Kita diharapkan mau melakukan koreksi terhadap kesalahan kita sendiri untuk masa mendatang dan mendekatkan diri kepada Allah.
o Bila kita menderita sakit flu, misalnya, kita hendaknya melakukan evaluasi terhadap perbuatan kita sendiri, apakah kita akhir-akhir ini kurang teratur makannya, kurang tidur, terlalu banyak beban pekerjaan atau membiarkan diri berada di lingkungan yang kurang sehat.
o Bila daerah kita dilanda bencana alam berupa, misalnya, banjir besar, tanah longsor dan sebagainya.
o Kita, sebagai penduduk, hendaknya melakukan penilaian terhadap perbuatan kita sendiri. Apakah kita telah merusak lingkungan sehingga terjadi bencana itu.
o Setelah melakukan penilaian tersebut, hendaknya kita melakukan koreksi terhadap kesalahan kita sendiri dan memperbaiki perilaku kita di masa mendatang serta mendekatkan diri kepada Allah.
o Allah memperingatkan: ”Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dan (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (Al Rum 30:41)
26. SEBERAPA BESAR SIKSAAN DI DUNIA:
o Dan kesengsaraan atau siksaan yang ditimpakan oleh Allah di dunia ini sebenarnya sangat kecil bila dibandingkan dengan siksaan di akhirat.
o Oleh karena itu, selayaknya siksaan di dunia betul-betul menjadi peringatan bagi kita untuk kembali kepada jalan yang benar dan kembali kepada ajaran Allah.
o ”Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat); mudah-mudahan mereka kembali (kejalan yang benar).” (Al Sajdah 32:21)
27. Kenikmatan bagi orang mukmin:
o yang telah melaksanakan kewajibannya dan memberikan segala sesuatu kepada yang berhak juga merupakan contoh kasih-sayang Allah kepada kita, karena kenikmatan yang demikian akan makin mendorong kita untuk terus meningkatkan kebaikan sebagai pernyataan rasa syukur kepada-Nya.
o Oleh karena itu, orang mukmin yang mendapatkan kenikmatan sebagai balasan atas amal perbuatannya sendiri cenderung untuk lebih patuh lagi kepada Allah.
o Dengan demikian dia akan makin kokoh imannya kepada Allah dan akan lebih banyak lagi menerima anugerah dari-Nya.
o “Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang--orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). (Al Path 48:4)
PENUNDAAN HUKUMAN
28. Akan tetapi sering pula kita saksikan bahwa seseorang yang melakukan kejahatan tidâk segera mendapatkan akibat negatif dari apa yang ia lakukan. Bahkan kadang-kadang sama sekali dia tidak mendapatkan hukuman atas perbuatannya itu selama hidupnya. Begitu pula seorang yang berbuat kebaikan belum tentu segera merasakan hasilnya semasa hidup di dunia. Mengapa demikiãn? Penundaan pemberian balasan semacam ini sebenarnya adalah bentuk lain dari kasih-sayang Allah kepada kita.
29. Bagi orang yang berbuat baik, penundaan itu diharapkan bisa:
o lebih mendorong agar ia lebih banyak lagi berbuat baik dan lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan memanjatkan doa sambil berusaha.
o Diharapkan menyadari bahwa dia perlu lebih mendekatkan diri kepada Allah agar permohonannya terkabulkan.
o Penundaan itu juga bisa berarti ujian untuk diketahui apakah ia melakukan kebaikan itu benar-benar hanya karena Allah atau karena tujuan yang lain, termasuk kenikmatan yang dia inginkan.
o Bisa juga merupakan ujian untuk diketahui apakah ia akan tetap bersabar atau tidak, atau bahkan apakah ia akan bersyukur atau tidak.
o Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedangmereka tidak diuji lagi? (Al ‘Ankabut 29:2)
30. Kesabaran telah ditunjukkan oleh para rasul:
o yang sedang melaksanakan tugas dan Allah untuk menyampaikan pesan-pesan-Nya kepada kaum mereka tapi mereka malahan didustakan dan bahkan diancam akan dibunuh atau diusir oleh kaum mereka sebelum akhirnya datang kenikmatan berupa pertolongan dan Allah.
o Dengan kesabaran tersebut tentu para rasul itu makin diangkat derajat mereka oleh Allah.
o ”Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. Tak ada seorang pun yang dapat mengubah kalimat-kalimat (janji--janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dan berita rasul-rasul itu.” (Al An’am 6:34)
31. Bagi Orang Yang Berbuat Kejahatan:,
o penundaan siksaan atas kejahatan itu juga merupakan kasih-sayang Allah yang lain lagi karena penundaan itu memberinya kesempatan untuk suatu saat ia bertaubat dan menebus kejahatannya sendiri dengan lebih banyak berbuat kebaikan.
o ”Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui. Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh”. (Al A’raf 7:182-183)
32. PENUNDAAN SIKSAAN INI AKAN MENJADI BAIK APABILA:
o orang yang bersangkutan, oleh karena suatu sebab, akhirnya menyadari akan kesalahannya sendiri dan kemudian dia kembali ke jalan yang lurus dan berbakti kepada Allah.
o Tapi bila ia tidak pernah menyadari akan kesalahannya:
penundaan ini akan menjadi lebih buruk baginya
karena dengan penundaan itu dia akan mempunyai kesempatan lebih banyak untuk menambah kesalahan
sehingga kesalahan yang terlalu banyak
menyebabkan ia menjadi layak untuk dibinasakan oleh Allah, atau
disiksa dengan siksaan yang pedih di ban akhir nanti.
o Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi meneka. Sesungguhnya Kami membeni tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan. (Au Imran 3:178)
33. Baik kejahatan ataupun kebajikan yang ditunda:
o hukumannya atau ganjarannya, semua itu akan dibalas dengan adil seadil-adilnya oleh Allah pada periode pembalasan,
o dimana hanya Allah yang MEMILIKI KEKUASAAN PENUH.
Mohon Maaf Apabila Ada Kesalahan Dalam Penulisan. Semoga artikel tentang MAALIKI YAUMIDDIN di atas dapat bermanfaat. Jika ingin menduplikasi artikel ini diharapkan mencantumkan link http://ratsoffice.blogspot.com/2012/12/maaliki-yaumiddin.html. Terima Kasih.
Rats Office
Published:
2012-12-07T03:04:00-08:00
Title:MAALIKI YAUMIDDIN
Author :
HOME